Jumat, 18 Mei 2012

SEJARAH KEJAYAAN ISLAM


SEJARAH KEJAYAAN ISLAM
Tahun-tahun pertama pertumbuhan Islam di zaman pemerintahan Al-KhulafaRasyidun, atau lengkapnya Khulafa Rasulillah Ar-Rasyidunn yakni para penggantiRasulullah yang mendapat petunjuk Allah SWT, sebagai teladan terbaik kepemimpinan umat Islam pasca Rasulullah SAW.
Al-Khulafaur Rasyidun
Istilah khilafah atau kekhalifahan para khalifah, Dalam sejarah peradabanIslam, yang disepakati benar sebagai khalifah ada empat orang, yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq,
Umar bin Al-Khaththab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.Ada juga sejarawan menambahkan nama Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib dan Umar  bin Abdul Aziz dalam deretan para pemimpin yang terkenal bijaksana tersebut,kerena mereka juga terkenal adil dan shalih.Periode mereka dimulai setelah Rasulullah SAW wafat pada 12 Rabi’ulAwwal 12 H atau 8 Juni 632 M. Sampai detik terakhir, sebagaimana diyakinimayoritas sejarawan, Rasulullah SAW tidak meninggalkan wasiat mengenai siapa pengganti beliau, tak lama kemudian, sejumlah tokoh kaum anshar dan muhajirin bersitegang di saqifah (balai pertemuan) Bani Sa’idah, Madinah. Memperdebatkansiapa yang berhak menjadi pemimpin, melalui perdebatan alot, Abu bakar AshShiddiq, di bai’at menjadi khalifah pertama, beliau menjabat khalifah selama duatahun.Masa pemerintahan Abu Bakar yang singkat lebih banyak dihabiskan untuk menyelesaikan pergolakan dalam negeri akibat pemberontakkan kaum murtad.kekuasaan beliau hampir serupa dengan pemerintahan Rasulullah SAW yangsentralistis, eksekutif, legislatif, dan yudikatif berada ditangan khalifah.
Prestasi terbesar Abu Bakar ialah pembukuan Al-Qur’an untuk pertama kalinya.Menjelang wafat, Abu Bakar bermusyawarah dengan beberapa sahabat danmenunjuk sahabat terdekatnya, Umar bin Al khattab menjadi khalifah kedua.Penunjukkan secara langsung itu dianggap penting oleh Abu Bakar , mengingatsebagian besar prajurit muslim tengah berjuang diperbatasan Palestina, Irak, danSyria. ia tidak ingin peristiwa di Saqifah Bani Sa’idah kembali terulang danmengancam persatuan umat yang tengah berada di medan perang.Umar bin Al khattab menyebut dirinya Khalifatu khalifati Rasulillah, pengganti orang yang menggantikan Rasulullah SAW. beliau pula yang pertama kalimemperkenalkan sebutan
Amirul mukminin
(pemimpin orang-orang beriman). Masakekhalifahan beliau selama 10 tahun ditandai dengan “ekspansi” besar-besaran pasukan muslim keberbagai penjuru Asia. Satu persatu wilayah Irak, Mesir, Syria,dan Palestina jatuh ketangan kaum muslimin.Bertambahnya luasnya Negara Islam membuat pola sentralistis ala RasulullahSAW dan Abu Bakar tidak cocok lagi. Meniru pola ketatanegaraan Persia, yangsebelumya merupakan salah satu Negara adidaya, Umar pun membagi pengelolaan pemerintah menjadi delapan propinsi,dikepalai seorang Gubernur. Dan membentuk  beberapa departemen, seperti departemen kepolisian, departemen keuangan (baitulmal), departemen pekerjaan umum, staf pemerintahan. Ia juga memisahkan lembagaeksekutif dan yudikatif dengan mendirikan lembaga peradilan. Ia mencetak matauang standar, membakukan sistem pajak, dan penggajian pegawai serta tentara,membuat sistem penanggalan Hijriah.
Pencapaian yang luar biasa dalam 10 tahunmasa jabatannya, atau dua periode pemerintahan Negara modern.Pada 23 H/644 M, Khalifah kedua itu gugur syahid dibunuh oleh Abulu’lu’ah, bekas budak Persia. Sebelum wafat, ia menunjuk enam sahabat utama untuk memilih salah seorang diantara mereka menjadi khalifah ketiga. Setelah Umar wafat,tim formatur, yang terdiri dari Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah binUbaidillah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf,memilih Utsman bin Affan sebagai khalifah ketiga, karena alasan senioritas. Masa pemerintahan Utsman berlangsung 12 tahun. Ketika itu, ekspansi pasukan muslimsudah mencapai Armenia , Tunisia, Cyprus, Rodhes, dan Transoxinia. Beliauterkenal sebagai khalifah yang melakukkan pembangunan fisik, antara lain bendungan pencegah banjir, beberapa jembatan penghubung antar wilayah, beberapamasjid dan perluasan Masjid Nabawi.
Prestasi monumentalnya adalah pembakuan ejaan Al Qur’an dengan dialek Quraisy, yang kemudian dikenal dengan istilah Mushaf Utsmani. Terobosan itudilakukan karena belakangan beberapa suku Arab yang masuk islam sering kelirumelafalkan ayat suci Al Qur’an sehingga maknanya berubah. Sayang perilakuUtsman tercoreng dengan perilaku saudaranya yang diangkat menjadi pembantukhalifah yang sudah sangat sepuh. Penyelewengan-penyelewengan itu menimbulkankekecewaan dikalangan sebagian umat islam, dan berbuntut dengan meletusnyahuru-hara di Madinah.
Dalam insiden itu khalifah Utsman yang sudah berusia 90tahun, dan sedang membaca Al Qur’an gugur syahid dibunuh seorang pemberontak.Tak lama kemudian umat Islam yang tumpah ruah di madinah segeramembai’at Sayyidina Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah keempat. Masa pemerintahan menantu Rasulullah SAW yang dikenal sangat tegas dan adil itu hanya berlangsung enam tahun. Sebagian besar waktunya imam Ali untuk meredam pergolakkan internal umat Islam. Beberapa pihak menuntut agar Beliau mengusutkasus pembunuhan Utsman. Namun khalifah keempat itu tidak ingin memperpanjang pertikaian antar umat Islam. Ia lebih memilih memperbaiki kinerja pemerintah dengan mengganti semua gubernur yang diangkat Utsman bin Affan yang dianggap sebagai biang kekacauan.
Ali juga mengambil tanah-tanah Negara yang dibagikan oleh keluargaUtsman kepada orang-orang dekatnya untuk dikembalikan kepada Negara.Kebijakkan itu memicu konflik baru, tuntutan agar khalifah mengusut kasus pembunuhan Utsman semakin hebat dan menimbulkan pemberontakkan sebagianumat Islam yang dipimpin oleh Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, danSayyidah Aisyah binti Abu Bakar. Dengan berat hati imam Ali memutuskanmemutuskan menumpas mereka dengan operasi militer dalam pertempuran hebatyang disebut Perang Jamal atau Perang Unta. Pasukan Ali berhasil memenangkan perang saudara itu, sementara Thalhah dan Zubair terbunuh. Sedangkan Aisyah yangtertawan dikembalikan dengan penuh kehormatan ke Madina
Belum lama perang jamal usai, Muawwiyah bin Abu Sufyan, gubernur Syamyang dingkat Utsman menolak kebijakan pencopotan jabatannya oleh imam Ali danmemilih angkat senjata. Pertempuran lebih hebat pecah di Shiffin, memakan korbanribuan umat Islam. Ketika pasukkan Muawiyyah terdesak para pemimpin merekamengikat mushaf Al Qur’an di ujung tombak dan menyerukan tahkim, yaitu penyelesaian konflik dengan kembali berhukum kepada Al Qur’an.Sayyidina Ali dan beberapa sahabat penghafal Al Quran, yang pada dasarnyamemang mencintai perdamaian, memutuskan untuk menghentikan pertempuran dan berunding. Namun, sebagian pasukan Imam Ali yang berasal dari pedalaman,menolak menghentikan pertempuran , dengan alasan musuh adalah orang ingkar,yang layak ditumpas. Apalagi saat itu posisi pasukan Imam Ali sudah hampir menang.
Namun Sayyidina Ali bersikukuh berdamai. Apa boleh buat, pasukan asal pedalaman itu membelot dari pasukan inti dan mengobarkan pertempuaran barumelawan pemerintah. Kelompok ini belakangan dikenal dengan nama kaumKhawarij. Dengan demikian, umat Islam terpecah menjadi empat kelompok: pengikut Ali, pengikut Muawiyyah, kaum Khawarij, dan sebagian kecil sahabat yangmemilih netral.Pertempuran besar ketiga terjadi di Nahawand, antara pasukan pemerintahmelawan kaum Khawarij, yang dimenangkan oleh kaum Khawarij. Kaum Khawarijtercerai berai, belakangan kaum Khawarij merencanakan membunuh tiga tokoh yangdianggap paling bertanggung jawab atas perpecahan umat Islam: Ali bin Abi Thalib,Muawiyyah, dan Amru bin Ash. Panglima Muawiyyah yang mencetuskan ide bertahkim. Pembunuhan itu direncanakan akan dilakukan serentak ketika merekamengimami shalat subuh.Muawiyyah berhasil lolos, karena pagi itu ia sakit perut dan tidak pergi kemasjid. Aru bin Ash pun selamat, hanya mengalami luka goresan dipinggang.
Sementara imam Ali terluka parah akibat tikaman telak Abdurrahman bin Muljam di punggungnya. Dan wafat pada 20 Ramadhan 40H.Tak lama setelah Ali wafat, kaum muslimin membai’at putranya, Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, menjadi khalifah, sementara Muawiyyah terus merongrong pemerintah. Karena tak ingin umat Islam terus dalam perpecahan, Imam Hasan, yang berhati lembut, mengajak Muawiyyah berdamai.
Bani Umayyah
AL Hasan bersedia menyerahkan jabatan khalifah kepada Muawiyyah dengansyarat: semua permusuhan diantara mereka dilupakan. Muawiyyah menerima persyaratan itu, bahkan berjanji akan tetap menjaga kehormatan ahlul bayt sampai kapanpun. Maka pada 41 H secara resmi kekuasaan khilafah berpindah ketanganMuawiyyah. Sukses ini menandai berakhirnya periode kekhalifahan yang Islami, dan berganti menjadi sistem Daulah Kerajaan.Al Hasan tak menyangka bahwa amanah yang Ia pikulkan ke pundak Muawiyyah akan dikhianati. Berbeda dengan sistem khalifah sebelumnya, yang didasarkan pada integritas keshalihan seseorang, Muawiyyah menjadikan jabatankhalifah sebagai hak keluarga secara turun-temurun aliasmonarki absolute.
Sejak itu (660 M) sampai sembilan puluh tahun kemudian, umat Islamdiperintah oleh Daulah Bani Umayyah. Semua pemimpin Bani Umayyah memangmasih menggunakan istilah khalifah dan dibai’at oleh umat Islam, namun proses pembai’atan dilakukan dengan penuh rekayasa.Ketika Muawiyyah tengah sakit keras, yang berakhir dengan kematiannya, iamengarahkan pasukan untuk memaksa rakyat membai’at putranya, Yazid, sebagaikhalifah berikutnya. Bagi yang menolak pasukan pemerintah tidak segan-seganmenyiksa atau memenjarakan mereka.Satu-satunya khalifah sejati dalam sejarah pemerintahan Daulah BaniUmayyah hanyalah khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang naik tahta pada 99 H/717M, menggantikan Sulaiman bin Abdul Malik, pamannya yang wafat. Dalam upacara pemakaman Sulaiman, surat wasiat Khalifah dibacakan, dan Umarlah yang terpilihsebagai pengganti. Berbeda dengan para pemimpin Bani Umayyah lainnya yang gila jabatan, Umar mengembalikan mandat kekhalifahan kepada umat Islam,   mereka memilih pemimpin. Beberapa Ulama yang mengetahui kejujurandan keadilan cucu Umar bin Khaththab itu segera membujuknya untuk menerima jabatan khalifah.
Meski hanya selama tiga tahun, pemerintahan Umar bin Abdul Aziz penuhdengan kebajikan dan keadilan,. Ia juga mereformasi sistem pemerintahan danmemecat staf pemerintah yang korup. Tentu saja kebijakan Umar dianggapmembahayakan kedudukan Bani Umayyah yang khawatir jabatan khalifah akanlepas dari tangan mereka.Pada 102 H/720 M, Umar wafat sebagai syahid karena diracun oleh salahseorang saudaranya. Maka umat Islam kembali memasuki fase yang monarkis, dantak jarang juga mengalami penindasan oleh raja yang tiran, kejam dan sewenang-wenang.Meski tak bisa dibilang ideal, pemerintahan Bani Umayyah menorehkan beberapa prestasi, seperti perluasan wilayah Islam hingga keseluruh wilayahAndalusia (Spanyol), dan bagian selatan wilayah Prancis serta Sind (India Barat) diTimur, perluasan Masjid Nabawi, dan peresmian bahasa Arab sebagai bahasa persatuan negeri-negeri Muslim.
Belakangan muncul kekecewaan terhadap Bani Umayyah, terutama darikalangan Bani Hasyim (keturunan keluarga Rasulullah SAW) dan dari kaum Mawali(muslim non Arab) yang sering mendapat perlakuan tidak adil, bahkan cenderung ditindas. Pada tahun 740-an muncul gerakkan Abbasiyah, pimpinan Abdullah AlSaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas. Disebut Abbasiyah , karena para pemimpinnya keturunan Al Abbas bin Abdul Muthalib, paman NabiMuhammad SAW.
Dinasti Abbasiyyah
            Pada 749 M, pasukan Umayyah di Kufah bisa dikalahkan oleh pasukanAbbasiyyah. Dan setahun kemudian, Damsyik (Damaskus), yang juga ibu kotakekhalifahan Bani Umayyah, jatuh ketangan Bani Abbasiyyah. Dengan jatuhnyaDamsyik, runtuh pula masa kejayaan dinasti Muawiyyah bin Abu Sufyan. KhalifahUmayyah yang terakhir, Marwan bin Muhammad, dan keluarga yang tersisa,melarikan diri ke Mesir. Tak lama bersembunyi di Mesir, ia tertangkap dan dihukummati.Sisa-sisa keluarga Marwan bin Muhammad melarikan diri kesisi Barat Afrikadan menyeberang masuk ke Andalusia.
Di bawah kepemimpinan AbdurrahmanAd-Dakhil, mereka mendirikan kekhalifahan baru di Spanyol, dan mengalami masakejayaan yang gilang-gemilang, menerangi seluruh Benua Eropa pada Tiga abad berikutnya. Sementara di Timur Tengah, Abdullah Al Saffah mendirikan pemerintahan baru di Al Hasyimiyyah, dekat kufah. Untuk memantapkan posisinya,tak lama kemudian ibu kota dipindahkan ke Baghdad.Masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyyah berlangsung antara 750 Msampai 1258 M, dengan beberapa pemimpin legendaris seperti Al Mahdi, Al Harun,Harun Al Rasyid, Al Ma’mun, Al Mu’tashim, Al Watsiq, dan Al Mutawakkil. Padamasa itulah umat Islam berada di Puncak Kejayaan, baik dalam segi Politik,ekonomi, maupun ilmu pengetahuan.
Puluhan universitas dan perpustakaan dibangun, membuat Baghdad dan beberapa kota besar lainya menjadi puasat kebudayaan, wiasata dan studi yangmenyenangkan. Beberapa ilmuan besar lahir pada periode Abbasiyyah, seperti IbnuSina, Al Razi, Jabir bin Hayyan, Ibnu Rusyd, Al Farabi, dan Muhammad bin Musa,Al Khawarizmi, pendeknya, Baghdad menjadi mercusuar ilmu pengetahuan dunia.Di abad-abad terakhir, kekuasaan Dinasti Abbasiyyah dilanda perpecahan.Karena wilayah Islam terlalu luas, kontrol terhadap wilayah-wilayah perbatasanmenjadi sangat sulit. Maka satu persatu daerah- daerah yang jauh dari Baghdadmemisahkan diri, mendirikan kerajaan baru, seperti kerajaan Thahiriyyah diKhurasan, Sajiyyah di Azerbaijan,, Thuluniyyah, Ayyubiyyah dan Fathimiyyah diMesir, Umayyah II di Eropa Selatan, dan Bani Seljuk diberbagai wilayah.
BaniSeljuk bahkan sempat menguasai Baghdad selama 93 tahun (429-522 H/1037-1127M).Keruntuhan total kekuasan Abbasiyyah terjadi ketika pasukan Mongol di bawah pimpinan Jenderal Hulagu Khan, cucu Jengis Khan, melakukan ekspedisidengan menggasak dan menjarah ke wilayah barat. Satu-perstau negeri muslimdirebut, dirampok, dan di hancurkan. Baghdad pun tidak luput dari terjangan SukuBarbar yang ganas dari lereng Gunung Himalaya itu.Pada 656 H/1258 M, sekitar 200 ribu tentara Mongol tiba di gerbang kotaBaghdad. Merasa tak mampu menandingi, khalifah Al Mu’tashim menawarkan perdamaian. Namun tentara yang mengepung kota itu bukanlah bangsa yang beradab. Tawaran damai dijawab dengan pembantaian, pemerkosaan, pembakaran,dan penghancuran pusat peradaban Islam itu. Satu-satunya negeri muslim yangselamat dari amukan tentara Mongol adalah Mesir, yang saat itu berada di bawahkekuasaan Dinasti Mamalik, yang menggantikan Dinasti Ayyubiyyah, sementarawilayah Asia Barat dan Tengah terus dilanda pergolakan dibawah pimpinan dinasti Seljuk

0 komentar:

Posting Komentar

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template