Jumat, 18 Mei 2012

Sosok Pemuda Islam
Dalam sebuah hadis shahih, Rasulullah SAW pernah ditanya oleh seorang sahabat, ''Kapankah sedekah yang paling utama itu?'' Beliau menjawab, ''Engkau bersedekah pada waktu muda sehat, berkeinginan untuk kaya, dan takut miskin.''
Ada semacam kecenderungan di kalangan sebagian masyarakat di sekitar kita untuk menangguhkan kegiatan perjuangan hanya menjelang masa tua dari berbagai macam aktivitas atau menjelang usia lanjut. Seolah-olah keberagamaan itu teraktualisasikan pada saat energi untuk menguasai kehidupan telah hampir terkuras habis. Keterlibatan dalam perjuangan menyiarkan Islam hanyalah diletakkan pada usia dan tenaga sisa saja.
Banyak contoh dalam realitas kehidupan, seseorang ketika memiliki jabatan, harta, maupun kedudukan, sangat jauh dari nilai-nilai agama. Bahkan, cenderung menentang kegiatan-kegiatan keagamaan. Namun, ketika usia menjelang senja, orang tersebut mulai kelihatan aktif terlibat dalam kegiatan keislaman. Tentu saja hal ini tidaklah salah, apalagi jika dibandingkan dengan sama sekali tidak sadar.
Akan tetapi, jika memperhatikan hadis di atas, ibadah dan berjuang yang paling utama itu justru dilakukan pada saat usia muda yang energik dan penuh vitalitas, ketika keinginan untuk mendapatkan yang terbaik dan terbanyak begitu mendominasi. Sedekah, sebagai contoh, dikeluarkan pada saat memiliki angan-angan dan cita-cita menjadi orang kaya, serta takut miskin, sehingga segala sesuatunya diperhitungkan dengan teliti. Demikian pula dengan tobat, yang terbaik adalah dilakukan oleh anak muda yang relatif sedikit dosa dan kesalahannya, atau jika melakukan kesalahan dianggap wajar oleh masyarakat.
Dalam sebuah hadis riwayat Imam Dailami dari Umar, Rasulullah SAW bersabda, ''Tobat itu sangat baik, akan tetapi jika dilakukan oleh anak muda jauh lebih baik....'' Karena itu, balasan dari Allah SWT bagi anak muda yang mengisi masa mudanya dengan kegiatan yang bermanfaat sangat luar biasa, yaitu kelak di Padang Makhsyar akan mendapatkan naungan-Nya pada saat tidak ada naungan selain naungan-Nya.

1. Pemuda Islam yang Ideal
Usia muda adalah usia yang memiliki fisik prima, akal segar, keingintahuan yang tinggi, dan semangat kuat, namun belum memiliki pengalaman yang cukup. Pemuda memiliki hasrat yang tinggi untuk melakukan suatu perubahan, hal ini membawa dampak pemuda berpotensi untuk membuat kebajikan, dan juga potensial untuk membuat keonaran. Jika dikembangkan kearah positif maka para pemuda dapat menjadi asset yang berharga bagi bangsa maupun umatnya.
Meski demikian, perlu juga diwaspadai, masa muda adalah masa dimana segala gejolak dan rasa mencapai puncaknya. Hasrat dan keinginan bergejolak dahsyat dalam jiwa. Godaan dan dorongan nafsu mendesak sangat kuat. Sehingga peluang untuk tergelincir pada lembah kemaksiatan terbuka lebar, sebagaimana peluang menuju kesuksesan pun terhampar di depan mata.
Pemuda. Sejatinya adalah orang muda sebagai generasi penerus dari golongan yang tua, dan sebagai harapan bangsa. Pemuda adalah para remaja, pelajar, mahasiswa, dan lain sebagainya, yang tentunya memiliki jiwa yang muda. Namun, seperti apakah pemuda islam itu?
Menjadi sosok pemuda muslim ideal yang menjadi harapan bangsa dan Negara tidaklah mudah. Jiwa muda yang berkembang dalam diri para pemuda ini menyebabkan terkadang mereka terbawa arus perubahan zaman. Namun demikian agama islam memerintahkan agar kita mempersiapkan generasi muda penerus dengan sebaik-baiknya untuk menghadapi tantangan zaman, maka diperlukan pemuda muslim yang menjadi harapan umat dan bangsa.
Sifat-sifat dasar pemuda muslim ideal yang menjadi dambaan umat yaitu pertama, memiliki aqidah yang benar. Inti dari aqidah adalah tauhid yaitu mengesakan Allah SWT. Hanya menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan Allah dan menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah. Kedua, memiliki ilmu dan tsaqafah islam. Selalu haus akan ilmu pengetahuan dan mengamalkannya. Sehingga pemuda muslim mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang luas. Dapat dibayangkan betapa suatu bangsa akan cepat maju bila memiliki generasi-generasi muda yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi.
Nabi Muhammad saw. bersabda,”Manfaatkan yang lima sebelum datang yang lima: masa mudamu sebelum datang masa tuamu; masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu; masa kayamu sebelum datang masa miskinmu; masa hidupmu sebelum datang masa matimu; masa luangmusebelum datang masa sibukmu.” (H.R. Al Baihaqi)
Bila seorang pemuda Islam telah dapat mengimani Allah SWT. dan Rasul-Nya, tentunya ia akan selalu mengamalkan ajaran Islam, baik dalam
perbuatan dan kehidupan sehari-hari, hingga usaha pendakwahan agama Islam. Karena seorang pemuda Islam tentunya tidak ingin menjadi orang yang merugi, karena ciri orang yang tidak mengalami kerugian dalam hidup adalah senantiasa mengamalkan dan mendakwahkan Islam. Nabi Muhammad saw bersabda, “Barang siapa menyeru kepada kebaikan maka ia akan memperoleh pahala seperti dengan orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim).
Al-Qur`an banyak bercerita tentang sosok pemuda yang mampu
mewujudkan perubahan dengan keunggulan pribadi yang kuat. Mereka memiliki prinsip dan sikap yang jelas dalam mewujudkan perubahan tersebut. Bukan keunggulan kepribadian saja yang kuat, tetapi keunggulan tersebut sangat dibutuhkan oleh zamannya.
Sosok Ibrahim, pemuda cerdas serta kritis terhadap ideologi dan keyakinan yang dianut masyarakat sekitarnya, termasuk orang tuanya sendiri. “Dan ingatlah waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: ”Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-An`am:74). Nabi Ibrahim mampu mematikan logika sesat Aazar dan Namrud. Dengan gagah berani dan keyakinan yang tinggi dia mendebat Namrud (QS. Al-Anbiya (21): 52-71). Keunggulan logika Ibrahim tersebut sangat tepat dengan zamannya.
Lihatlah sosok sahabat-sahabat Rasulullah, sebagian besar dari mereka adalah seorang pemuda. Pemuda Islam yang gagah berani serta benar-benar menggunakan masa mudanya untuk kemuliaan Islam. Mereka muda tapi dewasa, memiliki kepribadian yang matang serta tsabbat, punya sikap
dan pantang menyia-nyaiakan waktu mudanya dengan kelalaian.
2. Sifat yang Dimiliki Pemuda Islam
Masa muda merupakan masa-masa terindah yang Allah beri. Disana ada banyak peluang untuk berprestasi, berkreasi dan berinovasi. Masa muda penuh karya, penuh makna dan hikmah. Allah memberikan masa muda yang sama bagi setiap orang, yang membedakan adalah penyikapan terhadap masa yang Allah berikan tersebut, apakah akan dipergunakan dengan hal-hal yang bermanfaat bagi diri, keluarga dan masyarakat atau menyianyiakannya dengan segala macam kesenangan sesaat. Jangan sampai muara dari masa muda adalah penyesalan di masa tua. Al-Qur`an yang menempatkan masa muda sebagai masa kekuatan. “Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Maha Kuasa.” (QS. Ar-Ruum: 54) bijak jika masa muda dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Berikut ini beberapa hal yang dapat membuat masa muda lebih bermanfaat lagi:
1. Idealis, yaitu bercita – cita tinggi.
2. Kreatif, yaitu memiliki daya cipta yang tinggi.
3. Selalu ingin tahu, yaitu memiliki rasa penasaran atas sesuatu yang baru.
4. Berani, yaitu tidak malu dalam bertanya.
5. Pantang menyerah, yaitu tidak gampang putus asa.
6. Optimis, yaitu berpandangan baik.
7. Beribadah dan beramal sholeh, yaitu berusaha mendekatkan diri kepada sang pencipta yaitu Allah SWT.
8. Belajar dan mengkaji ilmu-ilmu Allah, yaitu rajin dalam mencari ilmu.
Pemuda Islam adalah pemuda yang mampu mengangkat nama agamanya serta nama bangsanya. Berusaha untuk melawan kehidupan yang hanya penuh dengan kemaksiatan serta bertawakkal kepada Allah SWT. Generasi muda Islam dianjurkan untuk selalu menumbuhkan kesadaran diri akan betapa peran kita selalu dibutuhkan. Sekecil apapun yang bisa kita sumbangkan untuk Islam akan sangat bernilai dan akan dibalas dengan yang setimpal bahkan berlipat ganda.
Romawi Timur (Turki) telah ditaklukkan, dan Sungguh Rasulullah SAW pernah janjikan akan tiba saatnya bagi Romawi Barat (Vatikan/ Italia) untuk tunduk di bawah naungan Islam. Bersiap-siaplah kita semua untuk menjadi para pewaris Muhammad Al-Fatih, Sang Penakluk. Wallahu A’lam.


BAB II PEMBAHASAN


Antara Moderat Dan Eksterm Pada

zaman rasulullah ada seseorang yang banyak berbicara sehingga digelari
simulut besar setiap rasulullah saw berbicara , ia berusaha menimpali
agar dapat melebihi pembicaraan rasulullah . Hasan al-Bashri pernah
mendengar sebuah nasihat yan amat jelas uraiannya , namun sedikit pun
ia tak tersentuh . ini karena tidak memenuhi syarat sebagai nasihat
yang baik dipandang dari segi ketulusan dan kesungguhan Cela
piskis dapat ditemui pada bnyak orang , baik dikalangan para pemeluk
agama maupun orang atheis .telah umum diketahui bahwa maksiat hati
lebih berbahaya dari pada maksiat anggota tubuh .kesombongan lebih
buruk dari pada mabuk , meskipun Allah mensyariatkan hukuman langsung
kepada orang yang mabuk dan menangguhkan siksaan bagi orang yang
sombong di akhirat kelak . Nabi musa menegaskan kepada firaun , sebagaimana diterangkan dalam al-quran : “sesungguhnya
aku dating kepada mu dengan membawa bukti yang nyata dari tuhan mu
,maka lepaskanlah bani israil (pergi) bersama aku.”
(al-araaf:105).al-quran menyitir jawaban firaun terhadap jawaban nabi
musa a.s. , sebagai berikut : “sesungguhnya musa ini adalah ahli sihir yang pandai ,bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari negeri mu .” (al-A’raaf 109-110) . Anarki
politik merupakan lahan subur pertumbuhan firaunisme . firaunisme
ditimur lebih banyak ketimbang di barat . firaunisme batu sandungan
bagi perkembangan bangsa-bangsa , karena rahasia penyebaran sifat
–sifat jahat , baik kecil ataupun besar , berada ditangan isme ini. Menurut penulis[1]
para pemuda yang ekstern itu telah mengalami distorsi temperamen
.karena kita memiliki visi yang jauh dan misi yang suci , tentu kita
akan memilih yang lebih ringan antra dua pilihan , selama tidak
melanggar syariat . akan tetapi sebaliknya , pemuda-pemuda itu memilih
yng sulit Apakah
kelompok ekstern ini mempunyai hubungan spiritual dan intelektual
dengan golongan khawarij ? tampaknya berbeda . karena seperti dikatakan
oleh hakim walid daripemerintahan rasyid , khawarij mempunyai pandangan
positif terhadap musyawarah dan memiliki sikap yang bersih melebih-lebihkan dan mengurangi pada
dasarnya perbedaan pendapat dalam fikih tidak boleh memperlemah ukuwah
islamiyah dan menimbulkan percekcokan . akan tetapi, kelompok eksterm
berkecederungan membesar-besarkan masalah kecil memicu konflik
prinsipil ekstremitas
ttidak terjadi pada kondisi social yang mapan . penyimpangan psikologis
tersebut terjadi pada masa krisis pandangan , ketika masalah khilafiyah
dibesar-besarkan . misalnya , posisi tangan dan kaki dalam shalat. Kelemahan
lain yang berbahaya adalah mereka terlampau cepat menuduh pelaku dosa
sebagai kafir atau fasik. Muslim yang meninggalkan shalat karena
mengingkari kewajiban syari . berarti keluar dari islam . sedangkan
orang-orang yang malas melakuakn shalat tetep mengekui dasar
pensyariatannya. Tetap saja mereka menegaskan ,” Wajib di bunuh .” Selama
dosa yang diperbuat manusia termasuk dosa syirik , insya Allah , dia
berkenan mengampuninya . memang di antara kelompok eksterm itu ada yang
benar-benar berniat baik dan keinginan memperoleh ridho Allah . akan
tetapi, kekurangannya adalah kedangkalan pengetahuan dan pemahaman
keislamannya . andaikan mereka berwawasan luas , tentu semangat dan
komitmen mereka sangat bermanfaat bagi islam. Para
pendidik dan pemimpin hendaknya menyikapi para pemuda yang bersikap
eksterm dengan penuh kearifan . merupakan suatu keharusan untuk meminta
bantuan para ulama yang peka dan independent untuk membina mereka . ini
karena mereka enggan berkolusi , apalagi dibina , oleh orang-orang yang
berada dalam lingkaran kekuasaan
Diterbitkan di: 22 Maret, 2009  


    Search
    Pages
        About
    Archives
        December 2011
        November 2011
        June 2011
        May 2011
        March 2011
        January 2011
        December 2010
        November 2010
        October 2010
    Categories
        Uncategorized
    Blogroll
        Documentation
        Plugins
        Suggest Ideas
        Support Forum
        Themes
        WordPress Blog
        WordPress Planet
    Meta
        Log in
        Valid XHTML
        XFN
        WordPress

1

January
KARAKTERISTIK PEMUDA ISLAM YANG IDEAL
Posted by irineriskyana | Under: Uncategorized | No Responses

PENDAHULUAN

Dalam pandangan islam manusia adalah makhluk yang paling sempurna, manusia hidup dan dapat beraktivitas karena ada keseimbangan fitrahnya dalam interaksi ruh, fikrah, dan jasad. Allah brfirman : “ sesungguhnya kami telah menciptakan mausia dalam bentuk yang sebaik-bainya” (Q.s. at-Tin (95):4), dan “ Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang)” (Q.s. al-Infithar (82):7).

Pemuda merupakan tonggak sejarah suatu bangsa, tidak ada yang menyangkal pernyataan ini, bahwa sejak dahulu hingga sekarang segala perkumpulan, organisasi maupun mereka yan menginginkan adanya reformasi atau ishlah dalam suatu masyarakat tidak ada yang tidak melibatkan para pemuda, demikianlah gambaran dan nilai pemuda.

Namun perkembangan zaman dan arus globalisasi menjadikan kita berkerut dahi, miris hati tatkala melihat generasi muda kita yang sangat mudah dicekoki dengan berbagai ragam pemikiran dan budaya yang rusak, hingga terbesitlah sebuah pernyataan “sanggupkah generasi muda ini mengemban amanat dan tanggung jawabnya kelak di kemudian hari?”

Sebagai umat islam kita harus mengakui bahwa nilai pemuda begitu berharga, untuk itu islam sangat memperhatikan kelanjutan pendidikan dan pembinaan para pemuda, sehingga islam sanga menitikberatkan pendidikan dan pembinaan kepada para pemuda, agar mereka semua terbebas dari dua fitnah yang banyak menimpa yaitu fitnatusy syubuat dan fitnatusy syahwat (arus fitnah syubhat dan syahwat) yang orientasinya adalah islamophobia dan hedonisme, untuk itu islam sangat memberantas segala yang berhubungan dengan kedua penyakit kronis ini dengan terapi yang ampuh dalam menghadapinya yaitu dengan keyakinan terhadap kebenaran islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan as sunnah sesuai dengan pemahaman para salafush shaleh. Dan kesabaran terhadap nilai-nilai islam yang sarat dengan pendidikan dan kebaikan

Maka dari hal itu diharapkan pemuda islam sadar akan status dirinya dan tanggung jawabnya, dan bias mengambil pelajaran dan ibrah yang terkandung di dalamnya serta menjadi salah satu motivator bagi mereka untuk senantiasa merasa mulia dengan islam dan bangga dengan mengikui jejak para pendahulu mereka yang shalih. Insya Allah..

BAB II
ISI

Pemuda itu mempunyai sifat-sifat yang khas, dengan sifat tersebut pemuda menjadi tiang sandaran sebuah masyarakat, pondasi yang berdiri di atasnya bangunan da’wah. Sifat-sifat mulia yang menjadikan mereka mampu membawa risalah dan bersabar dalam mengemban amanah.

Sifat-sifat yang dulu terdapat pada diri nabi Ibrahim as menjadikannya tidak bias tinggal diam melihat berhala-berhala yang dijadikan sesembahan selain Allah itu tegak di depan matanya dengan penuh kerendahan dan kehinaan.

Lalu dihadapinya berhala-berhala itu dengan pukulan yang kuat, sebagai pembelaan terhadap dien yang dianutnya dan demi kemuliaan prinsip yang diyakininya, padahal saat itu beliau masih sangat muda belia, kaumnya menceritakan tentangnya : “mereka berkata: kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini bernama Ibrahim “ (Qs. Al-Anbiya).

Sifat-sifat ini terhimpun pada orang setelahnya yaitu nabi Yusuf as. Melangitlah derajatnya dengan penyerahan diri secara total kepada Allah rabb semesta alam. Ia tak sudi berpaling dari prinsip tinggi yang di pegangnya walaupun han ya seujung rambut. Ia menolak terperosok dalam knistaan dan kehinaan, padahal saat itu beliau seorang pemuda di awal perkembangannya.

Al-Qur’an mensifatinya sebagaimana firman Allah swt :
“Dan wnita-wanita di kota (Mesir) berkata: Istri Al Aziz (raja mesir) menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya)” (Qs. Yusuf :30).

Lagi-lagi sifat demikian ini dimiliki oleh para pemuda yang dikenal dengan julukan “Ashabul Kahfi”. Mereka memproklamirkan keimananya dan menyeru kaumnya kepada tujuan yang jelas dan jalan yang lurus.

Ketika mereka menyadari bahwa kaumnya hendak memfitnah mereka dan tidak akan menerima seruan mereka, bahkan ingin merajamnya dan mengembalikan mereka kepada kepercayaan nenek moyang kaumnya, setelah Allah menyelamatkan mereka darinya, ketika mereka mengerti hal demikian itu, mereka lari menuju Allah dan memohon perlindungannya serta bersembunyi di gua dengan penuh harap akan limpahan rahmat dan Rabb mereka, atau supaya Dia menyediakan bagi mereka suatu yang berguna dalam masalah yang mereka hadapi. Kebijaksanaan Allah yang Maha Perkasa lagi kuasa menghendaki untuk menjadikan mereka sebagai bukti kebesaran-Nya yang akan menjadi bahan perbincangan umat manusia sepanjang masa. Sehingga mereka mampu bersabar lantaran kisah tersebut. Allah memuji mereka dengan firmanNya :
“ sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda beriman kepada Rabb mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk” (Qs. Al-Kahfi :13).

Semakin banyaklah pemuda yang menempuh jalan tersebut, maka terkumpullah dari mereka suau kelompok yang membela Nabi Muhammad Saw. Mayoritas sahabat beliau adalah para pemuda. Mereka membela dienullah dengan mengorbankan apa saja yang mereka miliki, mereka menjual diri mereka kepada Allah dengan balasan Jannah. Itulah yang senantiasa mereka dambakan dan cita-citakan. Mulailah mereka menempuh segala jalan yang dapat mengantarkannya menuju ke sana, mereka berlomba-lomba dalam mencarinya dan bersatu padu di atas dasar tersebut.
Salah seorang sahabat mensifati mereka dengan perkataanya : “ada pemuda dari kalangan Anshar berjumlah 70 orang yang dijuluki dengan sebutan “Qurra’” (ahli Al-Qur’an).

Kita bias lihat bagaimana Rasulullah saw mendidik para pemuda tersebut dan bagimana para pemuda tersebut menerima pendidikan itu, sampai mereka mampu merealisasikannya ke dalam praktek nyata. Sehingga dapat menerangi jalan setiap orang yang ingin menempuh jalan ini.
“tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naunganNya… dan seorang pemuda yang berkembang dalam peribadatan kepada Rabbnya..”

Selama semua itu masih ada, maka pemuda akan senantiasa berkompetisi untuk membuat permisalan yang bagus, berbagai keteladanan, mengibarkan bendera dan menyatakan bahwa dialah satu-satunya pahlawan perjuangan dan penunggang kuda yang berani, bukan orang lain..
Sifat-sifat yang berkumpul dari diri seorang pemuda adalah :
1. hati yang bersih
2. perasaan yang senistif
3. keinginan yang kuat

Dalam hal ini kita perlu mengetahui bagaimana cara pendidikan yang dilakukan Rasulullah saw dalam mendidik pemuda yang kmudian mampu membenuk generasi yang tidak ada bandingnya. Pilar-pilar pokok beliau adalah :
1. sumber rujukan murni yaitu Al-Qur’an
2. berilmu untuk diamalkan
3. ‘Uzlah (pemisah diri) secara perasaan
4. pendidikan melalui momentum yang tepat
5. dakwah secara bertahap
6. Taujih (pengarahan) dan Muaba’ah (pengontrolan)

Ada beberapa karakteristik pemuda yang ideal dalam hal ini yang diambil dari pemuda didikan Rasulullah saw:
1. ikatan yang kuat dengan Allah
2. Cinta kpada Allah dan Rasulnya
3. Loyalitas hanya untuk islam
4. Reformatif
5. Kesabaran dan keteguhan
6. Dakwah Ilallah
7. Cinta jihad
8. Ukhuwah
9. Berkorban Fi sabilillah
10. keta’atan kepada Allah swt
11. keberanian dalam berjihad di jalan Allah

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari kajian materi yang dibahas dapat disimpulkan
1. Pentingnya seorang pemuda dalam membangun suatu masyarakat
2. Bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya dimana bentuk pertanggung jawaban yang di berikan kepada manusia dimulai ketika ia menjadi pemuda.
3. Bahwa pemuda sangat berpengaruh terhadap kemajuan atau kemunduran suatu pemerintahan yang ada dalam suatu Negara
4. Bahwa sebagai pemuda kita harus mencoba untuk memiliki sifat atau karakteristik dari pemuda yang dibentuk oleh Rasulullah saw.

B. Saran

1. pembaca
agar bisa menerapkan sikap atau karakteristi dari seorang pemuda yang ideal sesuai pemuda yang dibentuk oleh Rasulullah saw.
2. penulis
selain menuliskan sebuah tulisan yang berisikan karakteristik pemuda islam yang ideal, penulis diharapkan mampu menerapkan ilmu trsbut dalam kehidupan nyata.

DAFTAR PUSTAKA
Syabab, markazusy. 2002. Pemuda Shalih Dambaan Umat. Solo: Pustaka Barokah

Yulika, rochma, umar hidayat. 2009. Untuk Muslimah yang Tak Pernah Lelah Berdakwah. Yogyakarta: uswah.

Ahmad fillah, salim. 2008. Jalan Cinta Pejuang. Yogyakarta: Pro-U Media

Karakteristik Pemuda Islam Kontemporer

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى

Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. (Al-Kahfi [18]: 13)

Mukaddimah

Sepanjang peradaban manusia, pemuda adalah pelopor. Berbagai perubahan yang terjadi di setiap bangsa, pemuda adalah penggeraknya. Di balik setiap transformasi sosial, motor utamanya tak lain adalah pemuda. Ibarat sang surya, maka pemuda bagaikan sinar matahari yang berada pada tengah hari dengan terik panas yang menyengat. Berbagai bakat, potensi, kecenderungan, baik mengarah kepada kebaikan maupun kepada kejahatan memiliki dorongan yang sama kuatnya ketika pada masa muda. Itulah sebabnya, kegagalan dan keberhasilan seseorang, kematangan kepribadian manusia pada masa tua ditentukan oleh masa mudanya.

Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam sebuah Hadits, di antara tujuh kelompok yang mendapatkan naungan Allah Ta’ala pada hari ketika tak ada naungan selain naungan-Nya, adalah pemuda yang tumbuh berkembang dalam ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pemuda dalam Sejarah Islam

Dalam pentas sejarah Islam, dengan mudah kita mendapati pemuda-pemuda yang namanya terukir dengan tinta emas. Mereka layak menjadi uswah (teladan) bagi pemuda generasi sekarang. Panutan yang sangat riil disaat pemuda kini kehilangan figur yang bisa dicontoh. Sebut saja misalnya, pemuda Ibrahim yang tumbuh di lingkungan masyarakat penyembah berhala.

Sejarah menyebutkan betapa hebatnya kekuatan ruhani Ibrahim. Ia menegakkan nilai-nilai tauhid justru di tengah dominasi dan hegemoni paham paganisme seorang diri. Bahkan ayah kandungnya sendiri menjadi musuhnya. Kalau bukan kesabaran dan keyakinan yang terpatri di dalam hati mustahil misi suci ini bisa diwujudkan.

Atau kisah pemuda Al-Kahfi, sebutan bagi para pemuda yang rela berdiam di dalam gua yang pengap. Mereka lebih memilih meninggalkan gemerlap kehidupan modern di kota daripada harus tenggelam dalam tatanan masyarakat yang rusak. Mereka para pemuda yang tak lagi memikirkan tawaran dunia sebab mereka lebih sibuk mengurus nasib akhirat. Alhasil, mereka itu sepakat menyelamatkan keimanan mereka dibanding mengurus dunia ini.

Karakteristik Pemuda Muslim

Sebagai sumber ilmu dan rujuan terbaik, al-Qur`an tidak hanya menyebutkan para pemuda tersebut sebagai sebuah kisah yang indah, tapi juga menjelaskan karakteristik sosok pemuda ideal bagi generasi berikutnya. Ia tak cukup untuk dikenang saja tapi nilai yang paling utama adalah meniru perilaku dan akhlak mereka sebagai teladan-teladan terbaik yang pernah ada.

Pertama, memiliki syaja’ah (keberanian) dalam menyatakan yang haq (benar) itu haq (benar) dan yang bathil (salah) itu bathil (salah). Karakter utama pemuda Muslim adalah siap bertanggung jawab dan menanggung risiko dalam mempertahankan keyakinannya.

Teladan spektakuler telah dicontohkan oleh pemuda Ibrahim pada masa Raja Namrudz, penguasa tirani ketika itu. Dengan gagah berani Ibrahim menghancurkan sekumpulan berhala kecil, lalu menggantung kapaknya ke leher berhala yang paling besar. Ibrahim ingin memberikan pelajaran kepada kaumnya bahwa menyembah berhala itu sama sekali tidak mendatangkan manfaat dan menolak bahaya. Kisah heroik ini dikisahkan secara bertutur dalam surah Al-Anbiya [21]: 56-70.

Kedua, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk mencari dan menemukan kebenaran atas dasar ilmu pengetahuan dan keyakinan. Seorang pemuda Muslim tak mengenal kata berhenti dari belajar dan menuntut ilmu pengetahuan. Semakin banyak ilmu yang dimilikinya, akan menghantarkan ia menyadari betapa banyak ilmu yang belum diketahui.

Firman Allah, “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu ?” Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku).” (Al-Baqarah [2]: 260)

Ketiga, sosok pemuda Muslim selalu berusaha dan berupaya untuk berkelompok dalam bingkai keyakinan dan kekuatan akidah yang lurus. Sikap mereka layaknya pemuda-pemuda Ashabul Kahfi yang dikisahkan Allah dalam surah al-Kahfi. Mereka berkumpul untuk merencanakan sebuah kebaikan dan saling menguatkan di dalamnya. Bukan berkelompok untuk mengadakan konspirasi jahat atau merencanakan suatu keburukan.

Jadi, para pemuda Muslim berkelompok bukan sekadar untuk huru-hara, kongkow-kongkow yang tidak jelas. Tetapi mereka berkelompok dalam kerangka ta’awun ala al-birri wa at-taqwa, bukan berkerjasama dalam perbuatan dosa dan permusuhan.

Keempat, selalu berusaha untuk menjaga akhlak dan kepribadian sehingga tidak terjerumus pada perbuatan asusila. Dalam kondisi sekarang, hal ini menjadi suatu hal yang sangat berat. Dekadensi moral yang mendera masyarakat khususnya para pemuda. Belum lagi dominasi budaya Barat yang begitu menggila di tengah masyarakat menjadikan pergaulan islami menjadi sesuatu yang sangat mahal saat ini. Kisah kepribadian Nabi Yusuf sangat layak dijadikan teladan bagi para pemuda.

Kala itu pemuda Yusuf digoda oleh Zulaikha di dalam ruangan tertutup. Tak ada seorang pun yang tahu perbuatan mereka selain mereka berdua saja. Namun dengan akhlak yang terjaga serta pertolongan Allah tentunya, akhirnya sang pemuda tampan itu bisa lolos dari jeratan bujuk rayu Zulaikha yang dibisikkan oleh setan laknatullah. Allah berfirman, “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. (Yusuf [12]: 22-24).

Kelima, memiliki etos kerja dan etos usaha yang tinggi. Jati diri pemuda Muslim terlihat pada sikap tidak pernah menyerah pada rintangan dan hambatan. Ia memandang berbagai kesulitan hidup adalah peluang untuk mengukir prestasi dan sarana kematangan jiwa.

Kekurangan materi yang melilit kehidupan sehari-hari, kesusahan hidup yang terus melekat erat tak jarang menjadikan seseorang kehilangan semangat hidup. Alih-alih berpikir positif untuk orang lain, seringkali orang seperti ini hanya bisa berpikir pragmatis saja. Sebaliknya, orang yang punya etos kerja tinggi akan berusaha terus. Meski duka lebih sering menyapa, tapi hal itu tak menyurutkan ghirah hidupnya. Ia tetap memiliki visi yang tajam serta himmah aliyah (tekad yang tinggi).

Hal itu diperagakan oleh sosok pemuda Muhammad yang menjadikan tantangan sebagai peluang untuk sukses hingga ia tumbuh menjadi pemuda yang bergelar Al-Amin (terpercaya) dari masyarakat. Segala rintangan dan kesulitan hidup hanya menjadi batu loncatan bagi pemuda Muhammad meraih kesuksesan hidup.

Setiap tahun, masyarakat kita memperingati hari Sumpah Pemuda di negara ini. Sayang, peringatan itu hanya sebatas kegiatan seremonial semata, tetapi miskin subtansi. Dengan adanya karakteristik sosok pemuda ideal yang dicontohkan dalam al-Qur’an dan al-Hadits diharapkan bisa menjadi sumber inspirasi bagi para pemuda Indonesia dahulu, masa kini dan masa depan.*Sholih Hasyim, pengasuh Pesantren Hidayatullah Kudus. SUARA HIDAYATULLAH, OKTOBER 2011

http://majalah.hidayatullah.com

0 komentar:

Posting Komentar

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template